Udar Rasa

Jurnalisme Nasida Ria

Pertama-tama mari simak petikan lirik lagu Wartawan Ratu Dunia dari grup musik kasidah legendaris asal Semarang, Nasida Ria.

Ratu dunia ratu dunia, oh wartawan ratu dunia.
Apa saja kata wartawan mempengaruhi pembaca koran
.

Petikan lirik di atas menjadi kaca benggala bagi setiap jurnalis atau wartawan bahwa perannya dalam bekerja mulai dari mengumpulkan data, menyusunnya, hingga terbitlah sebuah karya jurnalistik memiliki dampak yang luar biasa. Meskipun dalam lirik tersebut ditulis mempengaruhi pembaca koran, bagi penulis, mungkin pencipta lagu ingin liriknya lebih ritmis. Bayangkan saja kalau liriknya, Apa saja kata wartawan mempengaruhi pemirsa tivi. Lebih enak yang awal bukan?

Kembali ke profesionalisme. Diakui atau tidak, pusaran informasi saat ini tidak menjadi monopoli media mainstream atau arus utama. Keberadaan media sosial menjadi makhluk baru yang dilahirkan zaman sebagai entitas lain yang juga mampu menjadi sumber informasi. Lantas, apakah media mainstream sudah ditinggalkan begitu saja? Tidak. Media-media mainstream masih menjadi pegangan bagi masyarakat untuk berburu atau sekadar menemu informasi.

Bahkan ketika kabar yang belum diketahui benar atau tidaknya menyebar luas, di antara masyarakat ada yang lantas mencari kebenarannya melalui media mainstream. Sampai sini bisa diartikan bahwa peran jurnalis berikut profesionalismenya mutlak dibutuhkan.

Jika ditelisik secara bahasa, profesional memiliki arti kepandaian khusus dalam menjalankan atau mengerjakan suatu hal. Di sini garis besarnya adalah kepandaian khusus. Lantas jika digabungkan dengan jurnalistik, maka kepandaian khusus atau kecakapan dalam bekerja sebagai jurnalis, wajib dimiliki.

Bagaimana mungkin sebuah karya jurnalistik mampu menjadi suluh atau penerang bagi peradaban tanpa adanya proses yang dilandasi dengan kepandaian atau kecakapan?

Profesionalisme jurnalistik bagi penulis merupakan keniscayaan. Hal ini dimulai sejak jurnalis mengumpulkan data melalui wawancara atau riset, kemudian diolah, hingga akhirnya disiarkan ke masyarakat luas. Profesionlisme juga menyangkut objektifitas dari masing-nasing jurnalis. Apakah nantinya karya jurnalistik akan bisa dikatakan berimbang jika sejak awal jurnalisnya sudah subjektif? Kan tidak to.

Tidak hanya berhenti pada pribadi jurnalisnya. Dapur redaksi juga harus objektif, tidak berat sebelah, dan berimbang. Jika sejak jurnalisnya objektif dan memiliki kemampuan meramu data yang rapi, kemudian dilanjut di dapur redaksi yang jujur, tidak berat sebelah, apalagi tidak partisan, sungguh peradaban yang terang benderang akan tampak nyata di depan mata.

Kenapa penulis menyebutnya partisan? Kasus Pemilu 2019 masyarakat terbelah sedemikian kentaranya. Ada peran media di sini? Jelas ada. Di satu sisi masyarakat mendapat informasi dengan kebenaran sesuai dengan berita yang dibingkai sebuah media A. Di sisi yang lain, masyarakat memercayai informasi dan kebenaran yang sesuai dengan berita yang dibingkai media B. Padahal secara substansi informasi dari keduanya memiliki kesamaan, tapi karena masing-masing media memiliki kepentingannya sendiri, maka di situlah terjadi bingkai berita sesuai dengan apa yang menjadi kepentingan media baik A maupun B. Di sinilah profesionalisme yang di dalamnya termaktub objektifitas diperlukan.

Jika profesionalisme sudah dijalankan. Apa konsekuensi yang akan ditemui? Penulis pikir, lirik Nasida Ria akan menjawabnya:

Bila wartawan terpuji, bertanggung jawab berbudi.
Jujur tak suka berdusta, beriman serta bertakwa.
Niscaya besar jasanya dalam membangun dunia.

Kemudian jika profesionalisme ditanggalkan? Lirik Nasida Ria pun siap untuk menjawabnya:

Tetapi bila wartawan suka membuat keonaran.
Tak jujur suka bedusta, tak beriman tak bertakwa.
Biasa merusak dunia, ibarat racun dunia
.

Tinggalkan komentar